Staregis perang Dunia 2 yang ditampung Jepang
IPS
ansnz1
Pertanyaan
Staregis perang Dunia 2 yang ditampung Jepang
1 Jawaban
-
1. Jawaban Mamahmualimah
. Blitzkrieg (Jerman)
Blitzkrieg (Serangan Kilat) barangkali adalah strategi perang dunia yang paling banyak dibicarakan dan ditulis dalam buku-buku sejarah. Blitzkrieg adalah sebuah metode perang kilat dengan menggunakan pasukan bermotor (panser, infantri mekanik, dan kavaleri) sebagai tulang punggung sebuah serangan. Di samping itu, koordinasi juga dilakukan dengan pasukan udara, sehingga sebuah pukulan serangan dapat dilakukan dengan begitu efektif dan mematikan.

Ide Blitzkrieg sebenarnya sangatlah sederhana. Mencari titik lemah musuh, dan jika sudah ketemu maka di tempat itulah sebuah serangan besar-besaran dengan kecepatan tinggi dilakukan. Jika sebuah garis pertahanan sudah mampu ditembus, maka pasukan bermotor itu akan mampu mengurung lawan dari belakang garis pertahanan sehingga membuat pasukan musuh tidak mempunyai pilihan lain selain menyerah.
Nama Guderian seringkali disebut-sebut sebagai orang yang bertanggung jawab dalam membentuk strategi ini. Namun ia tidak sendiri, seorang jenius lain bernama Erich Von Manstein bahkan mempunyai andil yang lebih besar lagi. Dua orang jenderal Jerman itulah yang mencetuskan (tentu saja dengan restu jenderal-jenderal lain seperti Von Bloomberg, Rundstedt, ataupun Von Leeb) ide kombinasi perang mekanik yang belum pernah ada sebelumnya.
Blitzkrieg mempunyai banyak sekali keunggulan, di mana salah satunya adalah efektivitas serangan yang membuat tenaga manusia tidak terhambur sia-sia. Namun, strategi ini sangat mengandalkan unsur dadakan. Ketika informasi - meskipun hanya sedikit saja - bocor ke pihak lawan, maka Blitzkrieg akan menjadi sebuah serangan bunuh diri, seperti yang terjadi pada pertempuran Kursk tahun 1943.
Dalam peperangan mekanis modern, prinsip-prinsip strategi Blitzkrieg masih dijalankan. Beberapa pertempuran seperti Operasi Desert Storm sangat kental akan unsur penggunaan strategi Blitzkrieg dan barangkali pertempuran-pertempuran modern di masa mendatang. Tank masih dan kemungkinan akan terus menjadi tulang punggung pasukan ke depan. Tentu saja, tank sendiri tidak bisa memenangkan perang, ia harus dikombinasikan dengan infantri, bahkan jika perlu kekuatan udara.
2. Great Patriotic Warfare/Human Wave Doctrine (Uni Soviet)
Pada awal peperangannya dengan Jerman, Uni Soviet sebenarnya mempunyai jauh lebih banyak peralatan perang dibandingkan dengan Jemran. Mereka mempunyai sekitar 10.000 tank, 15.000 pesawat, dan lebih dari 50.000 artileri. Namun kualitas peralatan tempur itu kalah jauh dibandingkan dengan buatan Jerman. Babak awal menjadi waktu yang begitu menggenaskan bagi Soviet, satu setengah juta pasukannya menjadi tawanan dan lebih banyak lagi yang tewas. Untuk mengatasi situasi yang genting tersebut, Soviet membuat strategi Great Patriotic Warfare (Perang Patriot Besar) atau yang lebih diasosiasikan dengan Human Wave Doctrine (Doktrin Gelombang Manusia).

Pernah melihat film Enemy at The Gates? Film itu merupakan sebuah gambaran tentang Pertempuran Stalingrad, pertempuran terbesar sepanjang sejarah di mana tiga ratus prajurit Jerman dan sekitar dua juta pasukan Soviet tewas ‘hanya’ di satu kota. Di sana, Soviet merekrut para pemuda bahkan hingga pedalaman Pegunungan Ural. Pemuda-pemuda ini diterjunkan ke peperangan dengan pelatihan yang sangat minim, peralatan mereka jauh lebih minim lagi. Di film, digambarkan bagaimana dua orang prajurit hanya diberi sepucuk senapan, ketika seorang yang membawa senapan tewas tertembak, diharapkan orang yang ada di belakangnya akan mengambil senapan dan menembak lawan.
Setelah kehancuran Tentara Merah di akhir tahun 1941, Uni Soviet memang sangat kekurangan peralatan perang. Namun dengan sistem kerja paksa dan pemindahan industri besar-besaran, akhirnya Uni Soviet mampu menyusun kekuatannya kembali. Tahun 1942 merupakan tahun yang krusial bagi Soviet, karena mereka diharuskan mampu melakukan regenerasi angkatan bersenjatanya yang telah porak-poranda. Kementerian pertahanan memutuskan untuk merekrut sebanyak-banyaknya tenaga manusia untuk angkatan bersenjata, meskipun mereka harus berangkat perang tanpa peralatan yang memadahi dan perbekalan minim.
Beruntung bagi Soviet, musim dingin tahun 1941 benar-benar membuat kekuatan Jerman kacau. Pasukan Blitzkrieg yang datang ke Rusia tanpa persiapan musim dingin yang memadahi harus bersusah payah menghadapi 'General Winter' yang mencekam. Tidak ada yang tahu jumlah pasti korban pasukan Jerman akibat musim dingin yang ganas itu, namun sepanjang akhir tahun 1941 hingga awal 1942 (yang nyaris hampir tidak ada pertempuran frontal besar-besaran), sekitar enam ratus ribu pasukan Jerman tewas atau luka-luka. Jumlah yang hampir seperlima dari seluruh angkatan perang Jerman yang diterjunkan ke Rusia.