pusat dari fosil manusia purba di Indonesia adalah
IPS
supri131201
Pertanyaan
pusat dari fosil manusia purba di Indonesia adalah
1 Jawaban
-
1. Jawaban nadya720
1. Sangiran, Sragen, Jawa Tengah
Sejarah-Manusia-Purba-di-Sangiran-Sragen
Situs Sangiran adalah sebuah kompleks situs fosil manusia purba dari Kala Pleistosen yang paling lengkap dan paling penting di Indonesia, bahkan di dunia. Lokasi itu merupakan pusat perkembangan manusia di dunia yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu.
Situs Sangiran memiliki luas kurang lebih 48 kilometer persegi dan sebagian besar berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, 17 kilometer sebelah utara Kota Surakarta.
Tepatnya di lembah Bengawan Solo dan kaki Gunung Lawu. Dan sebagian lagi merupakan bagian dari Kabupaten Karanganyar (Kecamatan Gondangrejo).
Situs Sangiran pertama ditemukan oleh P.E.C. Schemulling tahun 1864 dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso, bagian dari wilayah Sangiran. Namun, sejak dilaporkan oleh Schemulling, situs itu seolah-olah terlupakan dalam waktu yang lama.
Eugene Dubois juga pernah aktif melakukan eksplorasi pada akhir abad ke-19. Namun tidak terlalu intensif karena kemudian ia memusatkan aktivitas di kawasan Trinil,
peta+persebaran
G.H.R. von Koenigswald dibantu Toto Marsono, pemuda yang kelak menjadi Kades Krikilan, setiap hari meminta penduduk untuk mencari balung buta yang kemudian ia bayar. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan berbagai fosil Homo erectus lainnya.
Ada sekitar 60 lebih fosil Homo erectus atau Hominid lainnya dengan variasi yang besar, termasuk seri Meganthropus palaeojavanicus, telah ditemukan di situs tersebut dan kawasan sekitarnya.
Selain manusia purba, ditemukan pula berbagai fosil tulang-belulang hewan-hewan bertulang belakang (vertebrata), seperti buaya (kelompok Gavial dan Crocodilus), Hippopotamus (kuda nil), berbagai rusa, harimau purba, dan gajah purba (Stegodon).
Penggalian oleh tim G.H.R von Koenigswald berakhir pada 1941. Koleksi-koleksinya sebagian disimpan di bangunan yang didirikannya bersama Toto Marsono di Sangiran yang kemudian menjadi Museum Purbakala Sangiran. Namun koleksi-koleksi pentingnya dikirim ke kawannya di Jerman, Franz Weidenrich untuk diteliti lebih lanjut.
Eksistensi Sangiran sebagai salah satu situs praksara tidak bisa dianggap sebelah mata. Sangiran tidak hanya mampu memberikan gambaran mengenai evolusi fisik semata, juga gambaran mengenai evolusi budaya dan lingkungan.
Fosil-fosil hominid, flora, dan alat-alat batu dengan kualitas dan kuantitas yang prima telah ditemukan di situs ini dalam suatu seri geologis-stratigrafis yang diendapkan tanpa terputus selama lebih dari 2 juta tahun.
Oleh karena itu, Sangiran tampil sebagai situs yang sangat penting bagi pemahaman evolusi manusia secara umum, tidak hanya untuk kepentingan nasional, juga telah dianggap sebagai pusat evolusi manusia di dunia.
Hal ini pula yang menjadikan Sangiran ditetapkan sebagai bagian dari World Heritage List oleh UNESCO No. 593 sejak 5 Desember 1996.
2. Trinil, Ngawi, Jawa Timur
Museum-Trinil
Ratusan tahun silam di Tanah Jawa, tepatnya di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo, sebuah sejarah besar tentang manusia purba terkuak.
Dari penggalian yang dilakukan Eugene Dubois, seorang dokter berkebangsaan Belanda, ditemukan beberapa pecahan batu. Mulai dari gigi geraham, tulang paha, serta tengkorak manusia purba dan binatang. Upaya Dubois tidak bisa dikatakan asal-asalan.
Pada waktu itu, Eugene Dubois tertantang dengan teori evolusi manusia yang dikemukakan Darwin (1809-1882). Dalam teori itu, dinyatakan bahwa manusia berasal dari evolusi kera.
Menurut Indro Waluyo, Ketua Penanggung Jawab Museum Trinil, Ngawi, penggalian Dubois saat itu melakukan penggalian di sepanjang muara sungai, tepatnya di Desa Kawu, Desa Ngancar, dan Desa Gemarang.
Ketiga desa itu berada di pinggiran aliran sungai sehingga disebut dengan istilah “trinil”. Konon, artinya tiga desa di muara Sungai Bengawan Solo. Tempat penemuan fosil manusia purba itulah yang disebut Situs Trinil yang sekarang masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Dengan demikian, peninggalan purbakala di Situs Trinil telah lebih dulu ditemukan sebelum von Koenigswald menemukan Sangiran pada 1934.
Untuk mempelajari fosil-fosil manusia purba, dari semua penelitian dan penggalian yang dilakukan Dubois maka dibuatlah replika fosil manusia purba yang kini disimpan di Belanda.
Replika fosil itu disimpan di Museum Trinil, di Dukuh Pilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, atau kurang lebih 13 kilometer ke arah barat pusat kota Ngawi.